Saat Hidup Terasa Sulit, Mungkin Sudah Saatnya Kita Berhenti Mengabaikan Peluang Yang Lewat
Kadang kita merasa zaman sedang sulilt, yang mungkin sekedar menyetujui karena juga sedang merasakan hal yang kebanyakan terjadi. Padahal kisah anomali selalu ada. Karena sejatinya, apa yang terjadi muncul dari apa yang ada di dalam diri kita sendiri.
KISAH INSPIRATIF
10/14/20254 min baca


Suka nggak dengerin orang-orang yang kita kenal, mengeluh begini :
“ Duh, kondisi ekonomi saat ini lagi berat gara-gara presidewnnya si Anu!”
“Dunia bisnis lesu, penghasilan turun drastis”
“Sejak suami tiada, saya bingung mulai darimana untuk mencari pemasukan”
“Suami sakit nggak bisa lagi nyari nafkah. Maka hidup saya gantungkan kepada kebaikan hati sodara-sodara yang lebih beruntung”
Saya sering menimopali pelan, “ Coba deh mulai bisnis kecil-kecilan yang kira-kira bisa “ — tanpa buru-buru menawarkan bisnis Oriflame saya, supaya nggak disangka memanfaatkan situasi he he
Kadang saya berfikir, mungkin komentar saya terdengar terlalu lugas tanpa menempatkan diri saya di kursi mereka. Tapi bukankah memang demikian logika dasarnya ? Kalau kurang uang, kita perlu mencari cara agar ada tambahan. Dan kalau benar-benar nggak punya penghasilan, kenapa nggak coba sesuatu yang mungkin bisa jadi penghasilan, sekecil apapun itu ? Misalnyaaaa, ya bikin gorengan semacam bakwan, nasi uduk, nasi kuning dan dijual untuk sarapan pagi mungkin ?
Kalau kita bukan tergolong “khalifah di bumi Allah yang pemalas” —Insya Allah pasti mau mengerjakannya walaupun mungkin sangat berat di awal. Mau berat di awal aja atau mau berat sampai mati, itukan pilihan kita sendiri.
Dalam keluarga sebetulnya nggak perlu ada garis tegas bahwa yang wajib mencari nafkah hanyalah suami. Sebab kalau suami sudah tak ada, siapa lagi yang akan melanjutkan perjuangan keluarga ? Apalagi kalau suami meninggalkan anak-anak yang tiba-tiba 100% menjadi tanggang jawab ibu sendirian.
Sederhana saja sebenarnya, kalau tak ada uang—kerjakan sesuatu agar uang datang menghampiri. Apapun bentuknya, asal halal dan dilakukan dengan niat baik. Tak perlu menunggu peluang besar yang kita pun belum tentu bisa menerima amanahnya, seperti… modal uangnya kebesaran. Misalnya mau bisnisnya jadi kontraktor aja deh, atau bisnis tambang. Ngaca dong ngaca dulu, selama ini kita pernah kerjakan apa ?
Atau bagi yang bokek karena pengangguran menahun, ngelamar kerja ditolak aja, ya udah nggak usah ngotot harus diterima jadi ASN, kerja di BUMN atau perusahaan besar.
Saya pernah iseng mencari tahu gaji kasir di sebuah minimarket. Ternyata cukup lumayan, sekitar 3,5 Juta per bulan. Angka itu jauh lebih baik daripada nggak punya penghasilan sama sekali kan ? Sangat besar bisa dibandingkan dengan kebiasaan terus bergantung hidup pada kebaikan orang lain atau menanti jatah sedekah bulanan orang lain.
Di belahan lain, ada pula yang berkata begini :
“Boro-boro mau bisnis, makan aja cuman telur ceplok setiap hari”. Padahal di tangannya masih menggenggam iPhone seri terbaru. Ironis, tapi sering terjadi. Ceplok telor setiap hari masih bagus daripada yang makan cuman sekali, itu juga belum tentu setiap hari.
Sebagai orang yang sudah terbiasa mencari uang dengan cara sederhana, tanpa modal besar, saya kadang merasa miris. Diajak bisnis bareng nolak, bahkan dibantu modal mulainya, tapi bisa-bisanya bilang nggak tau mulai bisnis apa ?
Bebrapa bisnis saya bahkan tanpa modal sama sekali, seperti jadi Affiliator Shopee. Awalmnya cuman iseng. Karena sering jajan online di Shopee, lalu membuat video revie yang saya beli “saja”. Ternyata ada yang nyangkut beli dari link yang saya bagi, lalu saya dapat komisi kecil-kecil. Saya pikir, “Sedikit-dikit nanti lama-lama kan jadi bukit” — minimal uang jajan kembali walau sebagian kecilnya. Ah, lumayan !
Kalau seminggu dapat komisi 50 Ribu saja, sebulan dapat 200 Ribu. Ini besar banget lho, bagi orang yang bahkan BPJS 42 Ribu untuk diri sendiri saja nggak sanggup bayar. Ini bisa bayar BPJS kelas 3 untuk sekeluarga berisi 4 orang.
Contoh kecil ini membuktikan bahwa mencari uang bisa dari mana saja. Saya tidak sedang mengajak siapapun bergaung di tim Shopee Affiliate saya, hanya ingin berbagi pandangan : Kadang kita tidak sadar, Tuhan menaruh begitu banyak peluang di depan mata. Tinggal apakah kita mau menunduk sebentar lalu memungutnya.
Zaman sekarang, uang bukan hanya bisa didapat dari dunia kerja. Harus dari lacinya orang keuangan kantor. Tak harus menghabiskan banyak biaya transportasi, membuang banyak tenaga dan waktu karena jauhnya jarak. Saya pernah menjalani lakon ini. Badan terasa remuk, serasa baru istirahatkan kepala di bantal, tau-tau harus bangun dan berangkat kerja lagi.
Banyak hal bisa dilakukan di rumah yang menghasilkan uang, apalagi bagi ibu rumah tangga yang ingin lebih konsentrasi pada tumbuh kembang anak-anaknya. Atau bagi yang masih mencari pekerjaan dan belum menemukan kesempatan—mungkin peluang berpenghasilan dari rumah tanpa modal, justru patur diseriusi.
Saya sudah membuktikannya sendiri. Sejak tahun 2008, saya menekuni bisnis Oriflame dari rumah. Saya bukan coba-coba peruntunghan, tapi saat itu hanya bisnis peluang Oriflame yang masuk akal saya dengan kondisi yang ada. Kondisi kantong untuk modal bisnis dan kondisi saya sudah lebih senangnya di rumah saja, tapi saya butuh uang tambahan.
Dari bonus bulan pertama saya 42 Ribu hingga jadi 42 Jutaan sebulan. Bisa dapat hadiah mobil gratis, jalan-jalan ke luar negri. Say apunya karir yang bisa dibanggakan di sebuah industi dan nyeret cash award uang tunai ketika punya karir baru. Semua diawali dengan membuang rasa gengsi, siap nggak nyaman dengan keribetan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan. Modal saya hanya kerja di bekas garasi dengan desktop lawas yang dialiri internet unlimited + bayar join Oriflame 29 Ribu saja ditambah niat kuat. Ya, saya bukan coba-coba.
Lirik peluang bisnis produk digital yang marak saat ini juga bis. Produk digital dibuat sekali tapi bisa dijual berkali-kali. Cuan datang berulang tanpa harus meninggalkan rumah.
Itulah sebabnya saya suka senyum sendiri setiap kali mendengar keluhan, “ Ekonomi sulit gara-gara presidennya si Anu”
Setelah presidennya ganti, kok kondisi kamu sama aja, beb ?! Padahal presidennya sama, banyak orang bisa membangun kehidupannya. Dan ketika ada seorang istri yang tiba-tiba jadi ibu tunggal, jungkir balik belajar jadi tulang punggung keluarga—hati saya ikut ciut. Tak ada yang siap dengan ujian seperti itu. Tapi dunia ini juga penuh dengan contoh perempuan tangguh yang bisa bangkit, menata hidupnya kembali dengan kemampuannya sendiri. Mmengatasi tantangan bukan dengan merengek minta bantuan.
Situasinya sama, tapi pilihan meresponnya yang beda. Ada yang tumbuh, tapi ada juga yang terpuruk. Saya rasa kuncinya hanya satu : KEBERANIAN UNTUK MEMULAI HAL BARU.